Jumat, 17 Juni 2011

Cerita Lucu "jawa&Sunda"

Mimpi Si Jawa…

Si Jawa : "Mas abdi wengi ngimpen

Si Sunda : "ngimpen naon mas?"

Si Jawa : "Ngimpen bobo jeung nu geulis."

Si Sunda : "Kumaha dina jero impenannana?"

Si Jawa : "Pokona endah pisan ngan pas abdi gugah nu geulis teh hento aya, pan abdi teh kesel ah abdi teh bobo deui we."

Si Jawa : "Eh ngimpen deui."

Si Sunda : "Bari kerung, ngimpen naon deui mas?"

Si Jawa : "Ngimpen gaduh acis seueur pisan. Pas abdi gugah teras dicabakan dina pesak calana,eh acisna hento aya, ah abdi teh jadi kesel teras bobo deui we."

Si Jawa : "Eh abdi ngimpen deui"

Si Sunda : "Masih ngimpen deui wae,,jiga film ieu mah nya,Ngimpen naon deui kitu mas????"

Si Jawa : "Ngimpen ee"

Si Sunda : "Kumaha tah?"

Si Jawa : "Pas abdi gugah teh,teras we dicabak ku abdi teh eh geningan aya si ee teh. goak goak goak goak,,lah aya aya wae maneh mah,

Rabu, 08 Juni 2011

Analisis Sumber & Penggunaan modal Kerja

BAB II
PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

A. Tinjauan Pustaka
Laporan keuangan adalah hasil proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak – pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut (Munawir, 2001: 31). Sedangkan menurut Zaki Baridwan pengertian laporan keuangan merupakan suatu proses pencatatan dari transaksi keuangan yang telah terjadi selama tahun buku yang bersangkutan yang dibuat oleh manajemen untuk pertanggungjawaban tugas yang dibebankan oleh pemilik perusahaan (Intermediate accounting, 1992: 17). Pihak – pihak yang berkepentingan baik itu pihak intern maupun pihak ekstern sangat membutuhkan laporan keuangan, agar data lebih mudah dimengerti dan dipahami harus dibandingkan dua periode atau lebih kemudian di analisa lebih lanjut sehingga didapat hasil yang nantinya akan mendukung keputusan yang akan diambil.
Untuk mengukur hubungan antara pos – pos atau elemen – elemen dalam laporan keuangan digunakan metode dan teknik analisa. Tujuan dari setiap metode dan teknik analisa adalah untuk menyederhanakan data sehingga dapat lebih dimengerti. Menurut munawir ( 2001: 36 ) ada dua metode analisa yang digunakan dalam menganalisa laporan keuangan:
1. Analisa Horisontal yaitu analisis dengan menggadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode, sehingga akan diketahui perkembangannya.
2. Analisa Vertikal yaitu apabila laporan keuangan yang dianalisis hanya meliputi satu periode, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada periode tersebut.
Teknik analisis yang digunakan dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Analisis perbandingan laporan keuangan adalah suatu teknik analisa dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih.
2. Analisis trend adalah suatu teknik analisa untuk mengetahui tendensi dari pada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
3. Analisis common size statement atau laporan dengan persentase perkomponen adalah suatu metode atau teknik analisa untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivannya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi biaya yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualan.
4. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
5. Analisis sumber dan penggunaan kas adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas.
6. Analisis rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubugan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
7. Analisis perubahan laba kotor adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau dengan laba yang dianggarkan untuk periode tersebut.
8. Analisis break even adalah suatu analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi belum juga memperoleh keuntungan.
Dari berbagai alat analisa laporan keuangan tersebut, penulis melakukan analisa laporan keuangan pada PDAM Klaten periode 2000 – 2002 dengan menggunakan analisis ratio yaitu: analisis likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas.
1. Analisis Rasio Likuiditas
Likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, sebaliknya kalau perusahaan tidak dapat segera memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan illikuid (Munawir, 2001: 31).
a. Current Ratio
Current ratio adalah kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar, atau perbandingan antara aktiva lancar dengan utang lancar (Bambang Riyanto, 1995: 31)
Current ratio =
b. Quick Ratio
Quick ratio adalah kemampuan untuk membayar utang yang segera harus di penuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid (quick assets), atau perbandingan antara aktiva lancar setelah dikurangi persediaan dengan utang lancar (Munawir, 2001: 74).
Quick ratio =
c. Cash Ratio
Cash ratio adalah kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera di uangkan (Bambang Riyanto, 1995: 332).
Cash ratio =
2. Analisis Rasio Solvabilitas
Solvabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan, baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Suatu perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang – hutangnya, sebaliknya apabila jumlah aktiva tidak cukup atau lebih kecil daripada jumlah hutangnya, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan insolvabel (Munawir, 2001: 32).
a. Total debt to Equity ratio
Total debt to Equity ratio adalah rasio yang menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang atau perbandingan antara jumlah utang lancar dan utang jangka panjang dengan jumlah modal sendiri (Bambang Riyanto, 1995:333).
TDtoEr =
b. Total debt to total Capital Assets
Total debt to total Capital Assets merupakan perbandingan antara jumlah utang lancar dan utang jangka panjang dengan jumlah aktiva, atau beberapa bagian dari aktiva yang di gunakan untuk menjamin utang (Bambang Riyanto, 1995: 333).
TDtoTCA =
c. Long term debt to Equity ratio
Long term debt to Equity ratio menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk utang jangka panjang, atau perbandingan antara jumlah utang jangka panjang dengan jumlah modal sendiri (Bambang Riyanto, 1995: 333).
LtDtoEr =
3. Analisis Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas
Rentabilitas menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut (Bambang Riyanto, 1995: 35). Sedangkan menurut Budi Rahardjo pengertian profitabilitas atau rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal yang tertanam di dalamnya.
a. Net profit margin
Rasio ini menggambarkan keuntungan bersih yang dapat dicapai setiap rupiah penjualan, atau perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan penjulan bersih (Bambang Riyanto, 1992: 336).
Net Profit Margin =
b. Earning Power of total Investment
Earning power of total Investment merupakan perbandingan antara keuntungan sebelum biaya bunga dan pajak dengan seluruh aktiva atau kekayaan perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dengan seluruh modal yang ada di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan (Budi Rahardjo, 2000:103).
Earning Power of total Investment =
c. Net earning power ratio
Net earning power ratio adalah perbandingan antara keuntungan bersih perusahaan dengan seluruh aktiva perusahaan (Budi Rahardjo, 2000: 104). Rasio ini menunjukkan kemampuan dari modal yang di investasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto (Bambang Riyanto, 1995: 336).
Net Earning Power ratio =
d. Rate or return for the Owners
Rate or return the Owners adalah perbandingan antara laba setelah pajak dengan modal sendiri, atau merupakan tingkat keuntungan dari investasi pemilik modal sendiri (Suad Husnan, 1985: 229).
Rate or return for the owners =
B. Analisis Data dan Pembahasan
1. Rasio Likuiditas
a. Current ratio
Rumus =
Tahun 2000 =
Tahun 2001 =
Tahun 2002 =
Dari perhitungan current ratio yang dimiliki perusahaan dari tahun 2000 sampai tahun 2002 mengalami peningkatan yaitu 167% pada tahun 2000, 557% pada tahun 2001, 762% pada tahun 2002. berarti setiap Rp1,00 utang lancar akan dijamin dengan Rp1,67, Rp5,57, dan Rp7,62 aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.
Pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2002 current ratio perusahaan mengalami peningkatan secara drastis. Hal ini dikarenakan jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan meningkat, peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan investasi jangka pendek dan piutang usaha. Sedangkan jumlah utang lancarnya menurun, penurunan utang lancar disebabkan oleh utang perusahaan yang telah di lunasi atau sebagian yang telah dibayar oleh perusahaan.


b. Quick (acid test) ratio
Rumus =
Tahun 2000 =
Tahun 2001 =
Tahun 2002 =
Dari perhitungan quick ratio diatas menunjukkan bahwa perusahaan mengalami peningkatan yang drastis. Quick ratio tahun 2000 sampai 2002 sebesar 165%, 550%, dan 744% berarti setiap Rp 1,00 utang lancar dijamin dengan Rp 1,65, Rp5,50, dan Rp7,44 quick assets atau aktiva yang lebih lancar.
Peningkatan quick ratio perusahaan antara tahun 2000 sampai dengan tahun 2002, dikarenakan aktiva lancar perusahaan setelah dikurangi persediaan meningkat, sedangkan jumlah utang lancarnya menurun. Penurunan ini dikarenakan perusahaan telah membayar sebagian atau melunasi dari utang lancar yang telah jatuh tempo.
c. Cash ratio
Rumus =
Tahun 2000 =
Tahun 2001 =
Tahun 2002 =
Dari perhitungan cash ratio yang dimiliki perusahaan dari tahun 2000 sampai 2002 mengalami peningkatan yaitu 91,5% pada tahun 2000, 333% pada tahun 2001, dan 528% pada tahun 2002 berarti setiap Rp1,00 utang lancar dijamin dengan Rp0,915, Rp3,33, dan Rp5,28 kas dan efek yang dimiliki perusahaan.
Pada tahun 2000, cash ratio berada di bawah 100% hal ini dikarenakan jumlah kas dan efek lebih kecil dibanding dengan jumlah utang lancar.
Pada tahun 2001 dan 2002, cash ratio meningkat drastis peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan baik jumlah kas dan efek, sedangkan utangnya mengalami penurunan yang disebabkan perusahaan melunasi utang lancarnya.

2. Rasio Solvabilitas
a. Total debt to Equity ratio
Rumus =
Tahun 2000 =
Tahun 2001 =
Tahun 2002 =
Jika dilihat dari perhitungan debt to equity ratio di atas mengalami penurunan. Total Debt to equity ratio pada tahun 2000 sampai dengan 2002 sebesar 23,7%, 14,7%, dan 13,3% berarti setiap Rp1,00 modal sendiri digunakan untuk menjamin Rp0,237, Rp0,147, dan Rp0,133 total utang.
Penurunan total debt to total equity ratio perusahaan antara tahun 2000 sampai dengan tahun 2002, dikarenakan total utang yang dimiliki perusahaan menurun sedangkan jumlah modal sendiri yang dimiliki perusahaan meningkat. Penurunan ini disebabkan adanya sebagian utang lancar yang telah dibayar atau dilunasi oleh perusahaan karena jatuh tempo. Semakin kecil rasio ini semakin baik
b. Total debt to total Capital Assets
Rumus =
Tahun 2000 =
Tahun 2001 =
Tahun 2002 =
Dari perhitungan total debt to total capital assets tahun 2000 sampai 2002 sebesar 18%, 12%, dan 11% berarti setiap Rp0,18, Rp0,12, dan Rp0,11 total utang dijamin dengan Rp1,00 total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Total debt to total capital assets pada tahun 2000 sampai 2002 selalu mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan jumlah utang baik itu utang jangka pendek maupun utang jangka panjang, sedangkan total aktivanya selalu meningkat. Semakin kecil rasio ini semakin baik karena jumlah utang yang dijamin perusahaan akan semakin kecil
c. Long term debt to Equity ratio
Rumus =
Tahun 2000 =
Tahun 2001 =
Tahun 2002 =
Dari perhitungan long term debt to equity ratio tahun 2000 sampai 2002 sebesar 14%, 11%, dan 9,5% berarti setiap Rp0,14, 0,11, dan 0,095 utang jangka panjang dijamin dengan Rp1,00 jumlah modal sendiri yang dimiliki perusahaan.
Pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2002 long term debt to equity ratio perusahaan mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan adanya sebagian dari jumlah utang jangka panjang yang jatuh tempo yang telah dilunasi oleh perusahaan. Sedangkan jumlah modal sendiri yang dimiliki perusahaan mengalami peningkatan.



3. Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas
a. Net profit margin
Rumus =
Tahun 2000 =
Tahun 2001 =
Tahun 2002 =
Dari perhitungan net profit margin pada tahun 2000 sampai 2002 sebesar 8,9%, 9,7%, dan 2,7% berarti setiap Rp1,00 penjualan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp0,089, Rp0,097, dan Rp0,027.
Net profit margin perusahaan dari tahun 2000 sampai 2001 mengalami peningkatan yaitu dari 8,87% menjadi 9,70%. Peningkatan ini dikarenakan adanya tambahan dari pendapatan lain – lain dan keuntungan di luar usaha yang diterima oleh perusahaan. Pada tahun 2002 net profit margin turun menjadi 2,70%. Penurunan ini disebabkan oleh biaya usaha maupun biaya diluar usaha yang meningkat, sedangkan jumlah pendapatan menurun.
b. Earning Power of total Investment
Rumus =
Tahun 2000 =
Tahun 2001 =
Tahun 2002 =
Dari perhitungan earning power of total investment tahun 2000 sampai 2002 sebesar 2,7%, 4,6% dan 1,2% berarti setiap Rp1,00 jumlah aktiva menghasilkan keuntungan sebesar Rp0,027 Rp0,04,6, dan Rp0,012
Pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2001 earning power of total investment meningkat yaitu dari 2,7% menjadi 4,6%. Peningkatan ini disebabkan laba sebelum bunga dan pajak mengalami peningkatan. Sedangkan pada tahun 2002 earning power of total investment menurun menjadi 1,2%, penurunan ini disebabkan oleh baik biaya langsung usaha dan tidak langsung meningkat sedangkan pendapatan dari penjualan non air menurun sehingga laba menurun.
c. Net earning power ratio
Rumus =
Tahun 2000 =
Tahun 2001 =
Tahun 2002 =
Dari perhitungan net earning power ratio pada tahun 2000 sampai 2002 sebesar 2,7%, 3,5%, dan 1,02% berarti setiap Rp 1,00 jumlah aktiva dapat menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp0,027, Rp0,035, dan Rp0,01.
Net earning power ratio perusahaan dari tahun 2000 sampai tahun 2001 mengalami peningkatan yaitu 2,7% pada tahun 2000 menjadi 3,5 %. Peningkatan ini dikarenakan laba yang dihasilkan perusahaan meningkat, namun pada tahun 2002 net earning power ratio turun menjadi 1,02%. Penurunan ini dikarenakan laba yang dihasilkan pada tahun tersebut turun. Semakin tinggi angka yang ditunjukan maka semakin baik.
d. Rate or return for the Owners
Rumus =
Tahun 2000 =
Tahun 2001 =
Tahun 2002 =
Dari perhitungan perhitungan diatas pada tahun 2000 sampai 2002 sebesar 3,5%, 4,3% dan 1,3% berarti setiap Rp1,00 jumlah modal sendiri dapat menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp0,035, Rp0,043, dan Rp0,013. Rate or return for the owners perusahaan dari tahun 2000 sampai tahun 2001 mengalami peningkatan yaitu dari 3,5% pada tahun 2000 menjadi 4,3%, peningkatan ini disebabkan laba setelah pajak yang dihasilkan perusahaan meningkat. Pada tahun 2002 rate or return for the owners turun menjadi 1,3%, penurunan ini disebabkan oleh laba yang dihasilkan perusahaan turun sedangkan jumlah modal sendiri meningkat.




















Tabel II. A
Analisis ratio keuangan keseluruhan periode 2000 - 2002
Keterangan 2002 2001 2000
Analisis Likuiditas
Current Ratio 762% 557% 167%
Quick Ratio 744% 550% 165%
Cash Ratio 528% 333% 91,5%

Analisis Solvabilitas
Total Debt to Equity Ratio 13% 15% 24%
Total Debt to Total Capital Asset 11% 12% 18%
Long Term Debt to Equity Ratio 9,5% 11% 14%

Analisis Profitabilitas
Net Profit Margin 2,7% 9,7% 8,9%
Earning Power of Total Investment 1,2% 4,6% 2,7%
Net Earning Power Ratio 1,02% 3,5% 2,7%
Rate or return for the Owners 1,3% 4,3% 3,5%
Sumber: Data primer yang diolah

ANALISA BREAK EVEN

1. PENDAHULUAN

Pada dasarnya setiap perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kekayaan dari pemegang sahamnya. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan diperlukan untuk menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan tersebut. Pengukuran kinerja keuangan berdasarkan laporan keuangan telah banyak dilakukan, yaitu dengan menggunakan rasio keuangan diantaranya rasio likuiditas, leverage, aktivitas maupun rasio profitabilitas. Pengukuran-pengukuran tersebut memiliki kelebihan pada setiap metodenya namun juga mempunyai kelemahan. Kelebihan pengukuran tersebut adalah kemudahan dalam perhitungannya selama data historis tersedia. Sedangkan kelemahannya adalah metode tersebut tidak dapat mengukur kinerja perusahaan secara akurat. Hal ini disebabkan karena data yang digunakan adalah data akuntansi yang tidak terlepas dari penafsiran/estimasi yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam distorsi sehingga kinerja keuangan perusahaan tidak terukur secara tepat dan akurat.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan yang timbul dalam pengukuran kinerja keuangan berdasarkan data akuntansi, maka timbullah pemikiran pengukuran kinerja keuangan berdasarkan nilai (value based). Pengukuran tersebut dapat dijadikan dasar bagi manajemen perusahaan dalam pengelolaan modalnya, rencana pembiayaan, wahana komunikasi dengan pemegang saham serta dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan insentif bagi karyawan (Amin Widjaya : 2001). Dengan value based sebagai alat pengukur kinerja perusahaan, manajemen dituntut untuk meningkatkan nilai perusahaan. Pengukuran value added yang telah banyak dikemukakan dalam beberapa tulisan maupun penelitian adalah Economic Value Added (EVA). Paradigma pengukuran value added yang belum begitu banyak dikemukakan adalah Financial Value Added (FVA). Selain FVA, Net Value Added (NVA) juga merupakan pengukuran value added yang mengukur nilai tambah untuk pemegang saham melalui keputusan investasi perusahaan (Patel & Cherukuri). Kajian ini hanya akan memaparkan pengukuran value added dengan menggunakan Financial Value Added. Namun sebelumnya akan diuraikan pengukuran kinerja dengan menggunakan financial ratio dan pengukuran nilai tambah dengan menggunakan Economic Value Added sebagai dasar pembanding.

2. PEMBAHASAN
2.1. Financial Ratio
Metode yang paling sering digunakan untuk mengukur kinerja keuangan adalah dengan menggunakan financial ratio, yang dianalisis dari laporan keuangan perusahaan. Analisis laporan laporan keuangan dapat dilakukan dengan menghitung berbagai macam rasio. Emery (1997) mengelompokkan rasio keuangan dalam enam (6) kelompok, yaitu : liquidity ratio, asset activity ratio, leverage ratio, coverage ratio, profitability ratio dan market value ratio. Penggunaan financial ratio sangatlah penting, terutama dalam analisis fundamental. Analisis ini mencakup keadaan fundamental dari perusahaan yang dianalisis serta industri baik industri perusahaan yang dianalisis maupun industri lain yang terkait. Financial ratio membantu perusahaan didalam mengidentifikasi berbagai kekuatan dan kelemahan perusahaan (Keown, 1996 : 94). Selanjutnya, menurut Keown terdapat dua cara untuk membandingkan data keuangan perusahaan, yakni : 1) dengan analisis trend yaitu membandingkan financial ratio antar waktu, dan 2) dengan analisis comparative, yakni membandingkan financial ratio suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Kelebihan dari penggunaan financial ratio sebagai pengukur kinerja keuangan adalah karena mudahnya dalam proses perhitungannya, selama data yang dibutuhkan tersedia dengan lengkap. Namun disisi lain terdapat kelemahan-kelemahan dari financial ratio tersebut yang akan diuraikan pada sesi berikut.


2.2. Kelemahan Financial Ratio
Kelemahan dari financial ratio adalah karena perhitungannya berdasarkan data akuntansi. Salah satu kelemahan dari pengukur akuntansi adalah rasio-rasio tersebut dihasilkan dari nilai buku. Dengan demikian, nilainya tidak mencerminkan nilai yang ada di pasar. Misalkan : Jika terdapat dua perusahaan yang identik, baik asset maupun struktur modalnya, namun berbeda waktu pendiriannya, maka perusahaan yang lebih dulu berdiri memiliki laba bersih yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang berdiri kemudian. Hal ini tentu saja dapat dipahami, karena perusahaan yang lebih dahulu berdiri cenderung memiliki nilai penyusutan lebih yang lebih kecil.
Distorsi lain dari penggunaan data akuntansi adalah penggunaan metode penyusutan maupun metode dalam menilai persediaan. Metode penyusutan saldo menurun akan menghasilkan laba bersih lebih besar pada akhir umur ekonomis aktiva sedangkan metode garis lurus untuk penyusutan aktiva akan mengakibatkan biaya penyusutan yang relative stabil sepanjang umur aktiva tersebut. Dalam kondisi dimana harga barang cenderung naik, penggunaan LIFO dalam menilai persediaan akan menyebabkan beban pokok penjualan menjadi rendah sehingga pajak dan laba perusahaan juga akan terpengaruh, akibat penggunaan metode ini.
Dari uraian tersebut, dapat dijelaskan bahwa penggunaan metode yang berbeda baik metode penyusutan maupun metode dalam menilai persediaan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lainnya akan menghasilkan keuntungan yang berbeda pula. Sehingga sulit membandingkan kinerja suatu perusahaan dengan menggunakan financial ratio manakala perusahaan yang diperbandingkan menggunakan metode yang berbeda. Akibatnya pengukuran kinerja dengan rasio-rasio berdasarkan laporan keuangan tidak menghasilkan nilai pengukuran yang akurat. Accounting profit tidak mencerminkan dengan baik economic profit dari suatu perusahaan.

2.3. Economic Value Added
Metode EVA pertama kali dikembangkan oleh Stewart & Stern seorang analis keuangan dari perusahaan Stern Stewart & Co pada tahun1993. Di Indonesia metode tersebut dikenal dengan metode NITAMI (Nilai Tambah Ekonomi). EVA/NITAMI adalah metode manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal. (Amin Widjaja Tunggal : 2001).
EVA merupakan tujuan korporat untuk meningkatkan nilai atau value added dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan. Oleh karenanya EVA merupakan selisih laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Tax atau NOPAT) dengan biaya modal (Cost of Capital).

2.4. Manfaat EVA
Terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh perusahaan dalam menggunakan EVA sebagai alat ukur kinerja dan nilai tambah perusahaan.
Menurut Amin Widjaya (2001) beberapa manfaat EVA dalam mengukur kinerja perusahaan antara lain :
1. EVA merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri sendiri sendiri tanpa memerlukan ukuran lain baik berupa perbandingan dengan menggunakan perusahaan sejenis atau menganalisis kecenderungan ( trend ).
2. Hasil perhitungan EVA mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk investasi dengan biaya modal yang rendah.
Sedangkan menurut Sidharta Utama ( 1997:10), manfaat EVA adalah :
1. EVA dapat digunakan sebagai penilaian kinerja keuangan perusahaan karena penilaian kinerja tersebut difokuskan pada penciptaan nilai (value creation)
2. EVA akan menyebabkan perusahaan lebih memperhatikan kebijakan struktur modal.
3. EVA membuat manajemen berpikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaximumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaximalkan.
4. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya-biaya modalnya.
Selain manfaat yang telah dijelaskan diatas, EVA merupakan pengukuran yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai signal terjadinya Financial Distress pada suatu perusahaan (Salmi & Virtanen, 2001). Jika suatu perusahaan tidak dapat memperoleh profit di atas required of return , maka EVA akan menjadi negatif, dan hal ini merupakan warning akan terjadinya Financial Distress bagi perusahaan tersebut.


2.5. Pengukuran EVA
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur EVA, tergantung dari struktur modal dari perusahaan (Velez-Pareja : 2000). Apabila dalam struktur modalnya perusahaan hanya menggunakan Modal Sendiri, secara matematis EVA dapat ditentukan sebagai berikut :
EVA = NOPAT – (ie x E) (1)
Dimana :
NOPAT= Net Operating Profit After Taxes
ie = opportunity cost of equity
E = Total Equity

Namun, manakala dalam strukutur perusahaan terdiri dari hutang dan modal sendiri, secara matematis EVA dapat dirumuskan sebagai berikut :
EVA = NOPAT – (WACC x TA) (2)
Dimana :
NOPAT= Net Operating Profit After Taxes
WACC= Weighted Average Cost of Capital
TA = Total Asset (Total Modal)

Dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan dengan interprestasi hasil sebagai berikut :
Jika EVA > 0 hal ini menunjukkan terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan
Jika EVA < 0 hal ini menunjukkan tidak terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan Jika EVA = 0 hal ini menunjukkan posisi impas karena laba telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham. 2.6. Cost of Capital Cost of Capital atau biaya modal mempunyai dua makna, tergantung dari sisi investor atau perusahaan. Dari sudut pandang investor cost of capital adalah opportunity cost dari dana yang ditanamkan investor pada suatu perusahaan. (Keown : 1999). Sedangkan, dari sudut pandang perusahaan, cost of capital adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh sumber dana yang dibutuhkan. Untuk praktisi keuangan, istilah cost of capital ini digunakan sebagai : 1. discount rate untuk membawa cash flow pada masa mendatang suatu project ke nilai sekarang 2. tarif minimum yang diinginkan untuk menerima project baru 3. biaya modal dalam perhitungan EVA 4. benchmark untuk menaksir tariff biaya pada modal yang digunakan Pada umumnya komponen cost of capital terdiri dari cost of debt dan cost of equity (Lisa Linawati Utomo : 1999) 2.6.1. Cost of Debt Hutang dapat diperoleh dari lembaga pembiayaan atau dengan menerbitkan surat pengakuan hutang (obligasi). Biaya hutang yang berasal dari pinjaman adalah merupakan bunga yang harus dibayar perusahaan, sedangkan biaya hutang dengan menerbitkan obligasi adalah required of return yang diharapkan investor yang digunakan untuk sebagai tingkat diskonto dalam mencari nilai obligasi. Mengingat biaya hutang (bunga) dibayar sebelum perusahaan memperhitungkan pajak pnghasilan (tax deductible), maka biaya riil yang ditanggung perusahaan adalah biaya hutang setelah pajak (cost of debt after tax). Biaya hutang = kd Biaya hutang setelah pajak = kd* = kd (1-t) ……………………………(3) Dimana : kd* : biaya hutang setelah pajak kd : biaya hutang sebelum pajak t : tarif pajak 2.6.2. Cost Of Equity Biaya modal saham merupakan tingkat hasil pengembalian atas saham biasa yang diinginkan oleh para investor. Menurut Weston & Copeland ( 1992), salah satu metode yang dapat digunakan dalam perhitungan biaya modal laba ditahan yaitu pendekatan capital asset pricing model (CAPM), dimana biaya modal laba ditahan adalah tingkat pengembalian atas modal sendiri yang diinginkan oleh investor yang terdiri dari tingkat bunga bebas resiko dengan premi resiko pasar dikalikan dengan  (resiko saham perusahaan). Secara matematis dapat ditulis ks dapat dicari dengan rumus : ks = Rf + ( Rm – Rf )  ……………………………………………(4) dimana : ks : tingkat pengembalian yang diinginkan investor (opportunity of equity) Rf : tingkat bunga investasi yang diperoleh tanpa resiko (risk free) Rm : tingkat bunga investasi rata – rata dari pasar  : ukuran resiko saham perusahaan 2.6.3. Weighted Average Cost of Capital (WACC) Dalam praktek, pembiayaan/pendanaan yang digunakan perusahaan diperoleh dari berbagai sumber. Dengan demikian biaya riil yang ditanggung oleh perusahaan merupakan keseluruhan biaya untuk semua sumber pembiayaan yang digunakan, dimana perhitungannya dapat menggunakan rumus berikut : WACC = Wd. kd ( 1 – t ) + Ws. ks ……………………………..……..( 5 ) Dimana : WACC : biaya modal rata – rata tertimbang Wd : proporsi hutang dalam struktur modal kd : cost of debt Ws : proporsi saham biasa dalam struktur modal ks : tingkat pengembalian yang diinginkan investor 2.7. Keunggulan dan Kelemahan EVA Salah satu keunggulan EVA sebagai penilai kinerja perusahaan adalah dapat digunakan sebagai penciptaan nilai (value creation). Keunggulan EVA yang lain adalah : 1. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungan beban sebagai konsekuensi investasi. 2. Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam mengukur harapan yang dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan memperhatikan harapan para penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku. 3. Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian. 4. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus pada karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan stakeholders satisfaction concepts. 5. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis. Selain berbagai keunggulan, konsep EVA juga memiliki kelemahan-kelemahan. Menurut Teuku Mirza (1997) kelemahan-kelemahan tersebut antara lain : 1. EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak mengukur aktivitas-aktivitas penentu. 2. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu padahal faktor-faktor lain terkadang justru lebih dominan. 2.8. FINANCIAL VALUE ADDED Financial Economic Value Added atau lebih singkat disebut Financial Value Added (FVA) merupakan metode baru dalam mengukur kinerja dan nilai tambah perusahaan. Metode ini mempertimbangkan kontribusi dari fixed assets dalam menghasilkan keuntungan bersih perusahaan. Secara matematis pengukuran FVA dinyatakan sebagai berikut : FVA = NOPAT – (ED – D) ...................................................................(6) Dimana : FVA = Financial Value Added NOPAT = Net Operating Profit After Taxes ED-D = Equivalent Depreciation – Depreciation Interpretasi dari hasil pengukuran FVA dapat dijelaskan sebagai berikut : Jika FVA > 0 hal ini menunjukkan terjadi nilai tambah finansial bagi perusahaan
Jika FVA < 0 hal ini menunjukkan tidak terjadi nilai tambah financial bagi perusahaan Jika FVA = 0 hal ini menunjukkan posisi impas Perusahaan tentunya akan berusaha untuk memiliki nilai tambah financial bagi perusahaan dimana FVA > 0, hal ini terjadi manakala keuntungan bersih perusahaan dan penyusutan dapat mengcover equivalent depreciation atau (NOPAT+D) lebih besar dari ED. Jika ini tercapai maka perusahaan dapat meningkatkan kekayaan pemegang saham karena NPV akan bernilai positif.
Dengan menggunakan konsep Break Even Point (BEP), maka berdasarkan pengukuran FVA di atas, dapat diketahui pada tingkat penjualan berapa unit perusahaan akan mencapai BEP. Dari interpretasi FVA telah diketahui bahwa perusahaan menunjukkan posisi impas pada saat FVA = 0. Dengan demikian break even point dari FVA dapat dihitung sebagai berikut :


………………………………………………..(7)
Dimana :
Q = unit yang dapat dijual
FC = fixed cost
t = tingkat pajak
m = unit margin
D = depreciation
ED = equivalent depreciation

2.9. Hubungan FVA dengan Keputusan dalam Manajemen Keuangan
Pengukuran FVA sangatlah membantu perusahaan dalam kaitannya dengan keputusan-keputusan yang harus dilakukan oleh perusahaan. Hubungan antara pengukuran FVA dengan keputusan dalam manjemen keuangan dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.

Hubungan Antara FVA – Value Driver – Types of Decision


FVA = [(PxQ – VCxQ – FC) x (1-t)] -
MEASURE

Sales growth Working Capital
& Fixed Capital
VALUE Operating income tax rate investment
DRIVERS profit margin



Cost Of Capital



DECISION



Sumber : Rodriguez, S. 2002

Berdasarkan gambar 1, dapat dijabarkan sebagai berikut :
Terdapat tiga (3) keputusan dalam manajemen keuangan yang akan menjadi value drivers bagi terciptanya Financial Value Added. Ketiga keputusan tersebut adalah :
1. Operating Decision adalah suatu keputusan yang harus diambil perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan dan mengelola biaya-biaya yang timbul baik variable cost maupun fixed cost sedemikian rupa sehingga menghasilkan operating profit margin bagi perusahaan. Pertumbuhan volume penjualan (sales growth) merupakan indikator dari pertumbuhan perusahaan yang ini merupakan value drivers bagi terciptanya Financial Value Added. Dengan sales growth yang tinggi dan income tax rate tertentu akan meningkatkan operating profit margin yang pada akhirnya financial value added diharapkan juga akan meningkat.
2. Financing Decision, adalah suatu keputusan pembiayaan perusahaan dimana perusahaan harus menentukan sumber dana yang paling efisien, yang direfleksikan oleh cost of capital (k) yang dibayarkan selama periode n. Cost of capital ini kemudian menjadi factor pembagi terhadap nilai income yang diterima (δn,k). Dalam konteks value driver, semakin rendah cost of capital yang ditanggung oleh perusahaan maka semakin besar nilai per 1 sen uang yang diterima oleh perusahaan. Konsekuensinya, pada formula measure, semakin kecil cost of capital, semakin besar δn,k, sehingga semakin besar nilai FVA.
3. Investment Decision, adalah keputusan manajemen terhadap pilihan-pilihan investasi yang secara normatif harus mampu memaksimalkan nilai perusahaan. Proses pemilihan alternatif investasi harus mempertimbangkan sumber-sumber pendanaan yang terlibat, karena akan mempengaruhi struktur modal perusahaan. Hal ini secara intuitif juga mempengaruhi komposisi working capital dan fixed capital yang merupakan komponen pengubah nilai dalam konteks pengukuran FVA di atas. Manajemen harus bisa mengoptimalkan pengelolaan working capital dan fixed capital-nya agar tidak tercipta idle capital atau kapital yang kurang efektif dalam proses peningkatan nilai perusahaan. Otomatis, jumlah working capital dan fixed capital yang besar akan menciptakan tanggungan cost of capital yang lebih besar bagi perusahaan. Ini juga akan menurunkan nilai FVA, karena TR menjadi besar.

2.10. Keunggulan Konsep Financial Value Added
Berikut adalah kelebihan FVA dibanding EVA;
1. Jika ditilik ulang konsep NOPATD, FVA melalui definisi Equivalent Depreciation mengintegrasikan seluruh kontribusi aset bagi kinerja perusahaan, demikian juga opportunity cost dari pembiayaan perusahaan. Kontribusi ini konstan sepanjang umur proyek investasi.
2. FVA secara jelas mengakomodasi kontribusi konsep value growth duration (durasi proses penciptaan nilai) sebagai unsur penambah nilai. Unsur ini merupakan hasil pengurangan nilai Equivalent Depreciation akibat bertambah panjangnya umur aset dimana aset bisa terus berkontribusi bagi kinerja perusahaan. Dalam konsep EVA, proses ini tidak secara jelas dijabarkan.
3. FVA mengedepankan konsep Equivalent Depreciation dan Accumulated Equivalent tampaknya lebih akurat menggambarkan financing costs. Lebih lanjut, FVA mampu mengharmonisasikan hasilnya dengan konsep NPV tahun per tahun, dimana NPV setidaknya saat ini dianggap sukses mengukur proses penciptaan nilai.
4. Dengan berbasis pada definisi EVA yang sudah dikenal luas, FVA memberi solusi terhadap mekanisme kontrol dalam periode tahunan, yang selama ini merupakan kendala bagi konsep NPV. EVA dan FVA sama-sama mampu menyelaraskan output-nya dengan hasil NPV, dalam bentuk periode yang terdiskonto, namun FVA memberi output yang lebih maju dengan berhasil melakukan harmonisasi hasil dengan NPV dalam ukuran tahunan. Oleh karena itu, FVA menjadi lebih bermanfaat sebagai alat kontrol.

2.11. Kelemahan Financial Value Added
Dibanding EVA, FVA kurang praktis dalam mengantisipasi fenomena bila perusahaan (proyek) menjalankan investasi baru di tengah-tengah masa investasi yang diperhitungkan. EVA akan merefleksikan situasi ini melalui peningkatan aset dan sumber daya yang terlibat dalam perusahaan (proyek). Fenomena ini tidak bisa diakomodasi dalam penentuan titik impas pada konsep NPV dan FVA.


3. KESIMPULAN
Kinerja FVA jelas lebih baik dibanding EVA, terutama dalam hal sinkronisasi hasil pengukurannya dengan hasil NPV. Kelemahan FVA dalam mengantisipasi terjadinya rekrutmen investasi baru di tengah horison masa investasi yang sudah ditetapkan sebenarnya bisa di tanggulangi dengan merancang ulang definisi konsep Equivalent Depreciation menjadi akumulasi Equivalent Depreciation dari berbagai investasi yang dijalankan, kemudian setiap elemen investasi tersebut masing-masing dihubungkan horison masa investasi secara individual. Misalnya, sebuah perusahaan dengan berbagai investasi dalam kurun waktu tahun 1 hingga n, dimana diasumsikan setiap investasi dimulai sedemikian rupa di awal setiap periode sehingga investasi-investasi yang berlangsung pada tahun 1 akan berlangsung selama n tahun, sedangkan yang dimulai pada tahun 2 akan berumur n-2 tahun, dan seterusnya. Equivalent Depreciation individual merupakan jumlah dari masing-masing nilai investasi awal yang terdiskonto oleh jumlah tahun dan tingkat diskonto terkait masing-masing investasi.

Analisis Sumber & Penggunaan modal Kerja


C. Analisis Penggunaan Sumber Dana

1.       Arti Pentingnya Analisa Sumber-Sumber Dan Penggunaan Dana
a.       Pengertian ananlisa sumber-sumber dan penggunaan dana (analisa aliran dana)
Analisa sumber-sumber dan penggunaan dana (analisa aliran dana) adalah  alat analisa finansiil yang sangat penting bagi financial manager disamping alat-alat finasiil lainnya.
b.      Tujuan analisa sumber-sumber dan penggunaan dana
Untuk mengetahui bagaiman dana digunakan dan bagaimana kebutuhan dana tersebut dibelanjai. Dengan kata lain, analisa aliran dana akan dapat diketahui dari mana datangnya dana dan untuk apa dana itu digunakan.
c.       Pengertian laporan sumber-sumber dan penggunaan dana
Laporan sumber-sumber dan penggunaan dana adalah suatu laporan yang menggambarkan dari mana datangnya dan untuk apa dana itu digunakan.
d.      Manfaat laporan sumber-sumber dan penggunaan dana bagi bank
Laporan ini sangat penting bagi bank dalam menilai permintaan kredit yang diajukan kepadanya. Dengan menganalisa laporan itu maka dapat diketahui bagaimana peruahaaan itu menggunakan dana yang dimilikinya.
e.      Langkah-langkah dalam menganalisa sumber-sumber dan penggunaan dana
1)      Penyusunan laporan perubahan neraca (statement of balance sheets changes)
         Laporan ini menggambarkan perubahan dari masing-masing elemen neraca antara kedua titik waktu itu dan setiap perubahan elemen tersebut mencerminkan adanya sumber atau penggunaan dana.
2)      Laporan sumber-sumber dan penggunaan dana
Laporan ini berasal dari gabungan antara laporan perubahan neraca dan laporan laba ditahan. Pengertian dana yang digunakan dalam analisa sumber-sumber dan penggunaan dana disebut kas (arti sempit) atau modal kerja (arti luas).

2.       Laporan Sumber-Sumber Dan Penggunaan Dana (Dalam Artian Kas)
a.       Langkah-langkah menyusun laporan sumber-sumber dan penggunaan dana
1)      Menyusun laporan perubahan neraca, yang menggambarkan perubahan masing-masing elemen neraca antara dua titik waktu yang akan dianalisa (bulanan atau tahunan)
2)      Mengelompokkan perubahan-perubahan dalam golongan perubahan yang memperbesar / memperkecil kas
3)      Mengelompokkan elemen-elemen dalam laporan rugi dan laba (laporan laba ditahan) ke dalam golongan yang memperbesar/ memperkecil kas
4)      Mengadakan konsolidasi dari semua informasi ke dalam laporan sumber-sumber dan penggunaan dana



b.      Perubahan elemen neraca antara dua saat efeknya memperbesar kas disebut sumber-sumber dana
1)      Berkurangnya aktiva lancar selain kas
a)      Berkurangnya barang (inventory) terjadi karena terjualnya barang tersebut dan hasil penjualan itu merupakan sumber dana/ kas bagi perusahaan.
b)      Berkurangnya piutang berarti piutang telah dibayar dan penerimaan piutang merupakan penambahan dana yang diterima oleh perusahaan yang bersangkutan.
c)       Berkurangnya surat-surat berharga (efek) berarti efek itu terjual dan hasil penjualan tersebut merupakan sumber dana/ kas bagi perusahaan
2)      Berkurangnya aktiva tetap
a)      Berkurangnya aktiva tetap bruto berarti sebagian aktiva tetap harus dijual dan hasil penjualannya merupakan sumber dana
b)      Berkurangnya aktiva tetap neto  berarti adanya depresiasi dalam tahun yang bersangkutan
3)      Bertambahnya setiap jenis hutang
Bertambahnya hutang (hutang lancar, hutang jangka panjang) berarti terjadi penambahan dana yang diterima oleh perusahaan yang bersangkutan
4)      Bertambahnya modal
Bertambahnya modal disebabkan adanya emisi saham baru dan hasil penjualan saham baru tersebut merupakan sumber dana
5)      Adanya keuntungan dari operasi perusahaan
Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan neto dari operasinya berarti bahwa ada tambahan dan bagi perusahaan yang bersangkutan. Mengenai perubahan-perubahan yang efeknya memperkecil dana/ kas, antara lain :
a.       Bertambahnya aktiva lancar selain kas
        Bertambahnya aktiva lancar dapat terjadi karena pembelian barang dan pembelian barang membutuhkan dana. Dengan demikian, penambahan aktiva lancar merupakan penggunaan dana.

ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS


ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS
1.   Sifat Laporan Sumber Dan Penggunan Kas
Sifat laporan perubahan modal kerja adalah memberikan ringkasan transaksi keuangan selama satu periode dengan menunjukan sumber dan penggunaan modal kerja dalam periode tersebut, modal kerja meliputi seluruh aktiva lancar atau aktiva lancar dikurangi utang lancar. Dengan demikian, yang di laporkan adalah perubahan aktiva lancar dan utang lancar serta sebab-sebab perubahan tersebut atau sumber dan penggunaannya. Tekanan yang di berikan dalam laporan ini adalah perubahan modal kerja atau aktiva lancar dan utang lancar secara keseluruhan dan tidak akan menunjukan jumlah uang yang telah diterima atau dikeluarkan selama periode tersebut.
Laporan sumber dan penggunaan kas akan dapat di gunakan sebagai dasar dalam menaksir kebutuhan kas di masa mendatang dan kemungkinan sumber-sumber yang ada, atau dapat di gunakan sebagai dasar perencanaan dan peramalan kebutuhan kas atau cash flow di masa yang akan datang. Sedangkan bagi para kreditor atau bank dengan laporan sumber dan penggunaan kas akan dapat menilai kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atau mengembalikan pinjamannya.
2.   Sumber Kas
Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal yang paling tinggi likuiditasnya, berarti semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Akan tetapi, suatu perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerninkan adanya over investment dalam kas dan berarti pula perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas. Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungannya yang di peroleh akan lebih besar, tetapi suatu perusahaan yang hanya mengejar keuntungan (rentabilitas) tanpa memperhatikan likuiditas akhirnya perusahaan itu akan berada dalam keadaan likuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan.
Sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari:
a. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud (intangible assets), atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas.
b. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas.
c. Pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka pendek (wesel) maupun utang jangka panjang (utang obligasi, utang hipotik, atau utang jangka panjang lain) serta bertambahnya utang yang diimbangi dengan penerimaan kas.
d. Adanya penurunan atau berkurannya aktiva lancar selain kas yang diimbangi denagn penerimaan kas pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan secara tunai, adanya penurunan surat berharga (efek) karena ada penjualan dan sebagainya.
e. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau dividen dari investasinya, sumbangan ataupun hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya.
f.  Keuntunga dari operasi perusahaan, Apabila perusahaan memperoleh keuntungan neto dari operasinya berarti ada tambahan dana dari perusahaan yang bersangkutan
3.   Penggunaan Kas
Adapun penggunaan atau pengeluaran kas dapat di sebabkan oleh adanya transaksi-transaksi sebagai berikut.
a. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta pembelian aktiva tetap lainnya.
b. Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengembalian kas perusahaan oleh pemilik perusahaan.
c. Pelunasan pembayaran angsuran utang jangka pendek maupun utang jangka panjang.
d. Pembelian barang secara tunai, adanya pembayaran biaya opersi yang meliputi upah dan gaji, pembelian supplies kantor, pembayaran sewa, bunga, premi asuransi, advertensi, dan adanya persekot-persekot biaya maupun persekot pembelian.
e. Pengeluaran kas untuk pembayaran dividen (bentuk pembagian laba lainnya secara tunai), pembayaran pajak, denda-denda, dan sebagainya.
f. Adanya kerugian dalam operasi perusahaan. Terjadinya kerugian dalam operasi perusahaan dalam mengakibatkan berkurangnya kas atau menimbulkan utang yaitu bila diperlukan dana untuk menutup kerugian tersebut. Timbulnya utang sebenarnya merupakan sumber dana tetapi dana ini digunakan untuk menutup kerugian tersebut.
4.   Laporan Sumber Dan Penggunaan Kas
Penyusunan laporan perubahan kas atau laporan sumber dan penggunaan kas dapat dilakukan dengan meringkas jurnal penerimaan kas dan jurnal pengeluaran kas. Cara ini memakan waktu yang lama karena harus menggolongkan setiap transaksi kas menurut sumber masing-masing serta tujuannya, dan cara ini hanya dapat dilakukan oleh internal analisis yang memungkinkan memperoleh datanya dengan lengkap dan masih murni. Bagi eksternal analisis, menyusun laporan sumber dan penggunaan kas dapat dilakukan dengan menganalisis perubahan yang terjadi dalam laporan keuangan yang diperbandingkan antara dua waktu atau akhir periode serta informasi-informasi lain yang mendukung terjadinya perubahan tersebut. Dalam menganalisis perubahan yang terjadi harus diperhatikan kemungkinan adanya perubahan atau transaksi yang tidak mempengaruhi kas (noncash transaction).
Transaksi-transaksi yang tidak mempengaruhi uang kas antara lain sebagai berikut:
a. Adanya pengakuan atau pembebanan depresiasi, amortisasi dan deplesi terhadap aktiva tetap, intangible asset, dan wasting assets. Biaya depresiasi ini merupakan biaya yang tidak memerlukan pengeluaran kas.
b. Pengakuan adanya kerugian piutang baik dengan membentuk cadangan kerugian piutang maupun tidak, dan penghapusan piutang karena piutang yang bersangkutan sudah tidak dapat di tagih lagi.
c. Adanya penghapusan atau pengurangan nilai buku dari aktiva yang dimiliki dan penghentian dari penggunaan aktiva tetap karena aktiva yang bersangkutan telah habis disusut dan atau sudah tidak dapat dipakai lagi.
d. Adanya pembayaran stock devidend (dividen dalam bentuk saham), adanya penyisihan atau pembatasan penggunaan laba, dan adanya penilaian kembali (revaluasi) terhadap aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan.
5.   Langkah-Langkah Dalam Penyusunan Laporan Sumber-Sumber Dan Penggunaan Dana Dalam Aliran Kas
Dalam menyusun laporan sumber-sumber dan penggunaan kas, dimana dana dalam artian kas memiliki langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mendaftar pos-pos neraca yang diperbandingkan antara dua titik waktu tertentu dalam kolom pertama dan kedua.
b. Mendaftar pos-pos laporan laba rugi dari tahun yang diperbandingkan (current year).
c. Tentukan kenaikan dan penurunan yang terjadi pada pos-pos neraca, tunjukkan dalam kolom ”Perubahan” debit dan kredit. Kolom perubahan debit untuk mencatat adanya kenaikan aktiva, penurunan utang dan modal serta bertambahnya biaya serta berkurangnya penhasilan. Sedangkan kolom kredit untuk mencatat penurunan aktiva, kenaikan utang dan modal, bertambahnya penghasilan dan berkurangnya biaya.
d. Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi pada pos-pos neraca dan pos-pos laba rugi untuk menentukan adanya perubahan yang tidak mempengaruhi kas.
e. Membuat jurnal penyesuaian dalam lembar kerja tersebut untuk menghilangkan akibat atau pengaruhtransaksi nonkas yang sudah dicatat dalam periode tersebut.
f. Memindahkan saldo atau perubahan setelah disesuaikan kecuali perubahan kas) Ke dalam kolom “Kenaikan dan Penurunan Kas” atau “Sumber dan Penggunaan Kas”.
Penurunan aktiva (selain kas), kenaikan utang, modal dan penghasilan merupakan sumber kas, sedangkan kenaikan aktiva (selain kas), penurunan utang, modal dan kenaikan biaya merupakan penggunaan kas. Perubahan kas tidak perlu dipindahkan ke kolom sumber dan penggunaan kas karena perubahan kas inilah yang dianalisis, selisih jumlah kolom sumber kas dengan penggunaan kas harus sama dengan perubahan yang terjadi dalam pos “Kas”.
g. Untuk penyusunan laporan sumber dan penggunaan kas datanya diambil dari dua kolom terakhir dari lembar kerja.
ANALISIS BREAK EVEN POIN (TITIK IMPAS)
1.Pengertian Analisis Break Even Poin (Titik Impas)
Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan.
2. Manfaat Analisis Break Even (Titik Impas)
Analisis break even dapat membantu pimpinan dalm mengambil keputusan mengenaihal-hal sebagai berikut:
a.Jumlah penjualan minimalyang harus dipertahankanagar perusahaan tidak mengalami kerugian.
b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
c. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi.
d. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
3. Jenis Biaya Berdasarkan Break Even (Titik Impas)
Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.
2. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
3. Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi salesman ini tetap unutk range atau volume tertentu, dan naik pada level yang lebih tinggi.
4. Menentukan Break Even Point (BEP) / Titik Impas
• Mathematical Approach
BEP dapat ditentukan atau dihitung berdasarkan formula tertentu, yaitu:
BEP = Fixed Cost / (harga perunit – varibel cost perunit) (rumus 1)
BEP = Fixed Cost / (1-(Sales price/unit / – variabel cost/unit)) = Rp……… (rumus 2)
Formulasi break even point yang dikembangkan:
Break even point adalah titik dimana perusahaan belum memperoleh keuntungan tetapi juga tidak dalam kondisi rugi, maka Break Even Point dapat kita formulasikan secara sederhana sebagai berikut:
BEP – TR = TC
TR = Total Revenue
TC = Total Cost
• Graphical Approach
Secara grafis titik break even ditentukan oleh persilangan antara garis total revenue dan garis total cost.
Keterbatasan Analisis Break Even Point
Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini at dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual dalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even. Dalam kenyataan analisis ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab ini bagi analis perlu diketahui bahwa analisis break even mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu:
• Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu
• Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan
• Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu
• Sales mix adalah konstan
berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BREAK EVEN POINT (BEP) akan bergeser atau berubah apabila:
1. Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana
perubahan ini di tandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan
bergeser keatas atau sebaliknya.
2. Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biayaVC per unit akan menggeser BEP keatas atau sebaliknya.
3. Perubahan dalam sales price per unit
Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya.
4. Terjadinya perubahan dalam sales mix
Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah.
5. Margin Of Safety
Margin of safety dalam hubungannya dengan analisis break even yaitu untuk menentukan seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Formulasinya adalah sebagai berikut:
M/S = (Budget sales – BEP) / Budget sales
Budget Sales adalah jumlah penjualan yang telah ditargetkan

Minggu, 10 April 2011

Analisis laporan keuangan

  1. Jelaskan mengenai Neraca menurut yang anda ketahui ?
Jawabanya :
Di dalam akuntansi keuangan, Neraca atau laporan posisi keuangan ( balance sheet atau statement of financial position) adalah bagian dari laporan keuangan suatu entitas yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan entitas tersebut pada akhir periode tersebut. Neraca terdiri dari tiga unsur, yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas yang dihubungkan dengan persamaan akuntansi berikut:
Informasi yang dapat disajikan di neraca antara lain posisi sumber kekayaan entitas dan sumber pembiayaan untuk memperoleh kekayaan entitas tersebut dalam suatu periode akuntansi (triwulanan, caturwulanan, atau tahunan).

Pernyataan standar keuangan

Sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia disebutkan di dalam neraca:
  • Perusahaan menyajikan aset lancar terpisah dari aset tidak lancar dan kewajiban jangka pendek terpisah dari kewajiban jangka panjang kecuali untuk industri tertentu diatur dalam PSAK khusus. Aset lancar disajikan menurut urutan likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh tempo.
  • Perusahaan harus mengungkapkan informasi jumlah setiap aset yang akan diterima dan kewajiban yang dibayarkan sebelum dan sesudah dua belas bulan dari tanggal neraca.
  • Apabila perusahaan menyediakan barang atau jasa dalam siklus operasi perusahaan yang dapat diidentifikasi dengan jelas, maka klasifikasi aset lancar dan tidak lancar serta kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca memberikan informasi yang bermanfaat dengan membedakan aset bersih sebagai modal kerja dengan aset yang digunakan untuk operasi jangka panjang.


2.   Per tanggal berapa, tanggal neraca disajikan dan mengapa ?
Jawabanya :
Dalam akuntansi laporan keuangan (Neraca) di laporkan pertanggal 31 desember karena suatu laporan butuh waktu dan analisa yang akurat agar tidak terjadi kesalahan atau ketidak seimbangan dalam laporan keuangan.


3.   Bagaimana persamaan keseimbangan untuk suatu neraca ?
Jawabanya :

 Neraca dalam akuntansi adalah Aset yang terdiri dari hal-hal nilai bahwa perusahaan memiliki atau akan menerima di periode selanjutnya  dan yang terukur. Liabilities are what the company owes, such as taxes, payables, salaries and debt. Kewajiban adalah apa perusahaan berutang, seperti pajak, hutang, gaji dan utang. The equity sections displays the company’s retained earnings and the capital that has been contributed by shareholders. bagian ekuitas menampilkan perusahaan laba ditahan dan modal yang telah disumbangkan oleh pemegang saham. 





4.   Mengapa laporan tahunan menyajikan neraca, L/R, & arus kas lebih dari 1 tahun, jelaskan menurut pendapat kalian ?
Jawabanya :


Dalam suatu perusahaan neraca L/R digunakan untuk mengetahui alur kas dalam 1 (satu tahun) dan perusahaan itu layak atau tidaknya untuk dilanjutkan atau bangkrut.......
5.   Sebutkan jenis2 dari kewajiban perusahaan ?
Jawabanya :





1. Hutang Lancar / Kewajiban Lancar / Current Liabilities
Hutang lancar adalah kewajiban yang harus dilunasi dalam tempo satu tahun.
Contoh : hutang dagang, beban yang harus dibayar, hutang dagang, hutang pajak, pendapatan diterima di muka, dan lain sebagainya.
2. Hutang Jangka Panjang / Long-Term Liabilities
Hutang jangka panjang adalah kewajiban yang harus dilunasi dalam jangka waktu lebih dari setahun.
Contoh : Hutang hipotek, hutang obligasi yang jatuh tempo lebih dari setahun, hutang pinjaman jangka panjang, dan lain sebagainya.
3. Hutang lain-lain / Other Payable
Perkiraan atau akun ini digunakan untuk mencatat hutang lain yang tidak termasuk pada hutang lancar dan hutang jangka panjang.
Contoh : uang jaminan, hutang pada pemegang saham, dan lain sebagainya.
C. Modal / Capital
Modal adalah hak milik atas kekayaan dan harta perusahaan yang berbentuk hutang tak terbatas suatu perusahaan kepada pemilik modal hingga jangka waktu yang tidak terbatas. Rumus modal adalah harta atau aset dikurangi dengan kewajiban atau hutang.
Contoh Modal : modal disetor, prive, modal komanditer, laba ditahan, agio saham, saham preferen & biasa, simpanan-simpanan, sisa hasil usaha atau shu, dan lain sebagainya.
Tambahan :
- Rumus Aktiva ---> Aktiva = Kewajiban + Modal